Kurikulum Merdeka Tidak Ajarkan Hitung Cepat Matematika – Kurikulum Merdeka yang di perkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah membawa banyak perubahan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Salah satu perubahan yang cukup signifikan adalah tidak di ajarkannya metode hitung cepat dalam pelajaran matematika.

Keputusan ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan diskusi di kalangan pendidik, orang tua, dan siswa.

Artikel ini akan membahas alasan di balik keputusan tersebut, serta dampaknya terhadap pembelajaran matematika di Indonesia.

Baca juga : Apakah Gelar Honoris Causa Setara S3

Apa Itu Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang di rancang untuk memberikan kebebasan lebih kepada sekolah dan guru dalam menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kompetensi dan karakter siswa melalui pembelajaran yang lebih fleksibel dan kontekstual. Salah satu fokus utama Kurikulum Merdeka adalah meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

Mengapa Hitung Cepat Tidak Diajarkan?

Ada beberapa alasan mengapa Kurikulum Merdeka tidak mengajarkan metode hitung cepat dalam matematika:

  1. Pemahaman Konsep Lebih Penting: Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pemahaman konsep matematika secara mendalam daripada sekadar menghafal rumus atau metode hitung cepat. Pemahaman yang baik tentang konsep dasar matematika akan membantu siswa dalam menyelesaikan berbagai jenis masalah, bukan hanya soal-soal yang spesifik.
  2. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis: Dengan tidak mengajarkan hitung cepat, Kurikulum Merdeka mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Siswa di ajak untuk memahami proses di balik setiap perhitungan, sehingga mereka dapat menerapkan logika matematika dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari.
  3. Mengurangi Tekanan dan Stres: Metode hitung cepat sering kali menimbulkan tekanan dan stres bagi siswa yang merasa kesulitan dalam mengikuti ritme cepat tersebut. Dengan fokus pada pemahaman konsep, siswa dapat belajar dengan lebih tenang dan menikmati proses pembelajaran tanpa merasa terbebani.

Dampak Positif dari Pendekatan Ini

  1. Peningkatan Pemahaman Matematika: Siswa yang memahami konsep dasar matematika dengan baik akan lebih mudah dalam mempelajari materi yang lebih kompleks. Mereka tidak hanya menghafal rumus, tetapi juga memahami bagaimana dan mengapa rumus tersebut di gunakan.
  2. Keterampilan Problem Solving: Dengan fokus pada pemahaman konsep, siswa akan lebih terampil dalam menyelesaikan masalah. Mereka dapat menerapkan pengetahuan matematika dalam berbagai situasi, baik di dalam maupun di luar kelas.
  3. Pengembangan Karakter: Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pengembangan karakter siswa. Melalui pembelajaran yang lebih mendalam dan kontekstual, siswa di ajak untuk menjadi lebih sabar, teliti, dan gigih dalam menyelesaikan setiap tantangan yang mereka hadapi.

Tantangan dalam Implementasi

Meskipun pendekatan ini memiliki banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu di atasi:

  1. Kesiapan Guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan yang memadai untuk dapat mengajar dengan pendekatan yang baru ini. Mereka harus mampu mengajarkan konsep matematika dengan cara yang menarik dan mudah di pahami oleh siswa.
  2. Perubahan Mindset: Baik siswa maupun orang tua perlu mengubah mindset mereka tentang pembelajaran matematika. Mereka harus memahami bahwa pemahaman konsep lebih penting daripada sekadar mendapatkan jawaban cepat.
  3. Ketersediaan Sumber Daya: Sekolah perlu menyediakan sumber daya yang memadai, seperti buku teks dan alat peraga, untuk mendukung pembelajaran dengan pendekatan baru ini.

Studi Kasus: Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah

Beberapa sekolah di Indonesia telah mulai mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dan melaporkan hasil yang positif.

Misalnya, di salah satu sekolah di Jakarta, siswa kelas 5 SD yang belajar dengan pendekatan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman konsep matematika. Mereka lebih mampu menyelesaikan soal-soal yang memerlukan pemikiran kritis dan analitis.

Guru di sekolah tersebut juga melaporkan bahwa siswa menjadi lebih antusias dalam belajar matematika. Mereka tidak lagi merasa tertekan untuk menghafal rumus, tetapi lebih menikmati proses pembelajaran yang menantang dan menyenangkan.

Kesimpulan

Kurikulum Merdeka yang tidak mengajarkan metode hitung cepat dalam matematika memiliki alasan yang kuat dan berdasar.

Dengan fokus pada pemahaman konsep, pengembangan kemampuan berpikir kritis, dan pengurangan tekanan pada siswa, pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di Indonesia.

Meskipun ada beberapa tantangan dalam implementasinya, dengan dukungan yang tepat dari semua pihak, Kurikulum Merdeka dapat membawa perubahan positif dalam sistem pendidikan kita.